Sabtu, 19 September 2009

Berikan Lebih Banyak Lagi Senyuman Bagi Masyarakat Miskin



Serpong – Tak seperti biasanya, siang itu suasana kantor Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Ibu Mandiri tampak sepi. Gerbang dan pintu kantor sudah mulai tertutup rapat. Tak ada aktifitas dan kesibukan yang begitu mencolok. Padahal aktifitas saban harinya begitu ramai bahkan berlansung hingga jelang magrib tiba.Ada apa rupanya?

Salah seorang staf KJKS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa, hari itu, Selasa (7/09) akan diadakan buka puasa bersama yang akan diikuti seluruh staf dan keluarga besar Zulkieflimansyah. Untuk itulah, segala aktifitas dan transaksi keuangan di KJKS sengaja ditutup agak lebih awal. Buka bersama itu berlangsung di Rumah Makan Pondok rizki daerah Kademangan, Serpong.

Sore itu, suasana Rumah Makan Pondok Rizki begitu ramai. Hiruk pikuk pengunjung begitu terasa. Di sudut-sudut Rumah makan tampak sejumlah pria dewasa yang asyik mancing dan sejumlah anak kecil yang asyik bermain. Cuaca cerah dengan semilir angin yang sejuk semakin menambah akrab suasana tempat itu.

Di salah satu pojok areal Pondok Makan Rizki, tampak serombongan staf KJKS Ibu Mandiri yang sibuk mempersiapkan acara. Acara berlangsung cukup sederhana, santai tapi serius. Para staf dan keluarga besar Zulkiefliamsnyah begitu antusias mengikuti rentetan acara dari awal sampai akhir. Silih berganti sambutan dan taujih nyaris tak ada yang terlewati, diikuti secara seksama para hadirin.

Bang zul selaku pendiri KJKS dalam tausiahnya menegaskan pentingnya peran KJKS Ibu Mandiri untuk masa yang akan datang. Dalam suasa bangsa yang pemulihan ekonominya masih tertatih-tatih, KJKS diharapkan mampu memberikan secercah harapan bagi masyarakat yang lebih luas, utamanya kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan akses terhadap modal.

“Ke depan peran KJKS Ibu Mandiri harus lebih progresif guna memberikan senyuman yang lebih banyak lagi kepada masyarakat kecil. Ciptakan semakin banyak senyuman di wajah-wajah mereka,” katanya Doktor lulusan Inggris ini penuh semangat.

Menurut Bang Zul salah satu uapaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran KJKS adalah dengan cara menambah etos kerja yang tanpa menyerah. Bahkan, segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan harus betul-betul dinikmati tanpa ada unsur paksaan apapun.

“Jika pekerjaan sudah menjadi bagian terpenting dalam hidup kita, maka kerja di hari libur pun akan begitu nikmat. Untuk itulah, sangat penting untuk mencintai semua pekerjaan kita,” tukasnya.

Pria murah senyum ini juga menginginkan, dalam usianya yang sudah cukup matang, kehadiran KJKS di tengah masyarakat semakin dirasakan. Oleh sebab itu, untuk masa yang akan datang, KJKS bukan saja hanya tersebar di seluruh kawasan Tangerang, melainkan juga harus tersebar luas di wilayah Banteng lainnya yang mencakup Lebak, Pandeglang, Serang dan Cilegon.

Untuk Serang dan Cilegon, sejak awal 2009 sudah dibuka kantor kas atau semacam agen KJKS Ibu Mandiri untuk memberikan bantuan permodalan kepada masyarakat. Meski hanya terbilang beberapa bulan, namun kehadiran perwakilan KJKS itu sangatlah nyata.

Rohmat selaku perwakilan KJKS di Serang mengaku, sejak kehadiran KJKS Ibu Mandiri di Serang, manfaat buat masyarakat mulai dirasakan. “Sejak hari pertama KJKS ada di Serang, banyak ibu-ibu yang antusias meminjam modal pada kita,” tutur ketua DPC Binuang itu.

Senada Bang Zul, Direktur Eksekutif KJKS Ibu Mandiri Niken Saptarini menegaskan hal yang sama. Team work dan soliditas tim merupakan sesuatu yang niscaya guna membangun KJKS Ibu Mandiri yang lebih besar. Tanpa adanya tim yang solid, mustahil kerja maksimal bakal tercapai.

Master lulusan Universitas Indonesia itu juga menegaskan pentingnya ukhuwah Islamiyah antar sesama persoanalia di KJKS dengan menjadikan ramadhan sebagai momentumya. “Buka bersama ini semoga menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan kita yang dapat memupuk motivasi semangat kerja ke depan,” tutur wanita berperawakan kalem ini menambahkan.

Jika dilihat sekilas, memang tak ada yang spesial dalam buka bersama itu. Namun jika diperhatikan secara seksama, buka bersama ini menjadi momentum sangat spesial karena ada komitmen bersama untuk membangun peran KJKS Ibu Mandiri yang lebih luas dengan target utama pemberdayaan masyarakat lemah untuk diberdayakan. Semoga!
Teruskan baca - Berikan Lebih Banyak Lagi Senyuman Bagi Masyarakat Miskin

Ketimpangan Demokrasi Kita



Pesta demokrasi tahap pertama, pemilu legislatif, telah usai. Komisi penyelenggara dan badan pengawas pemilu disibukkan dengan beberapa tugas dan persoalan yang belum terselesaikan. Bak gayung bersambut, politik nasional pun beranjak pada wacana seputar koalisi menghadapi pemilu presiden, 8 Juli 2009. Namun, ada hal yang luput dari perhatian, yakni evaluasi nonteknis berkenaan dengan kualitas yang mengetengahkan demokrasi sebagai sistem beserta nilai-nilai substansial yang terkandung dan dituju dari sistem tersebut.

Secara prosedural, mekanisme demokrasi lewat pemilu telah kesekian kali diselenggarakan. Namun secara substansial masih menjadi pergulatan yang sampai sekarang terus diupayakan. Irama apologetik yang sering diutarakan adalah bahwa untuk mencapai tujuan tidaklah mudah, butuh pengorbanan dengan proses yang cukup panjang. Tentunya, ini bukanlah alasan mendasar karena pencapaian suatu tujuan tergantung pada upaya yang dilakukan.

Selama ini, perhatian terhadap demokrasi banyak diarahkan pada wilayah permukaan seperti mekanisme pemilu demi lahirnya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sementara struktur dalam (deep structure) demokrasi menyangkut nilai-nilai di mana masyarakat mampu berpartisipasi secara sadar dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan jarang mendapat perhatian. Akibatnya, pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat beralih ke pemerintahan oleh dan untuk penguasa saja.

Terdapat hubungan asimitris antara sistem dengan kultur masyarakat sehingga penerapan demokrasi terkesan dipaksakan. Apalagi perilaku elit politik memberikan citra negatif seolah demokrasi sebatas kebebasan mencapai kekuasaan dengan mengesampingkan nilai-nilai etika dan estetika. Sehingga asumsi yang timbul saat pesta demokrasi adalah pesta sungguhan layaknya pesta penuh hidangan euphoria lainnya. Maka amat wajar bila masyarakat antusias menyambut pemilu karena semua elit politik berlomba-lomba berbuat “baik” dengan berbagi sembako, duit, sumbangan dan sebagainya.

Perjuangan Kultural
Ketimpangan antara sistem dan kultur masyarakat sangat potensial bagi terjadinya destruksi yang merusak tatanan negara demokratis. Kondisi demikian bisa dimanfaatkan oleh beberapa elit tertentu melalui kekuatan modal (money politic) atau dengan cara melekatkan stigma politiknya pada komunalisme, seperti agama dan ikatan primordial lainnya. Meski untuk yang terakhir tidak terlalu kentara, masyarakat jelas akan menjadi korban permainan elit politik yang jauh dari cita-cita ideal demokrasi.

Oleh karena itu, sebagaimana diungkapkan Francis Fukuyama, harus ada hubungan simbiosis mutual antara sistem dengan budaya masyarakat sebagai nilai kultural demokrasi. Selama masyarakat hidup dalam budaya arsitokrasi atau feodalisme, hampir dipastikan demokrasi akan berjalan tidak efektif, tanpa terkendali. Sebab, demokrasi meniscayakan partisipasi penuh sehingga kualitasnya bergantung pada kualitas modal sosial yang ada di dalamnya. Demikian pula kualitas seorang pemimpin yang bergantung pada kualitas pemilih, bukan pada suara mayoritas.

Karena suatu sistem erat kaitannya dengan budaya masyarakat, maka satu-satunya jalan menyelamatkan kualitas demokrasi adalah melalui perjuangan kultural. Yaitu, perjuangan yang termanifestasi dalam gerakan moral yang mengarahkan masyarakat ke arah nilai sesuai dengan substansi dan tujuan demokrasi. Tentu semuanya harus beroperasi dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan sebagaimana termuat dalam Pancasila.

Perjuangan kultural berbeda dengan perjuangan politik yang bersifat struktural. Jika perjuangan politik-struktural selalu dikaitkan dengan konsep, ide bahkan jabatan, akuisisi kekuasaan (acquisition of power), dan bagi-bagi kue kekuasaan (sharing of power), perjuangan kultural lebih kepada perberdayaan politik (political empowerment) yang menempatkan posisinya sebagai kekuatan kontrol atas proses demokratisasi yang datang dari kelompok civil society dan berperan dalam mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat.

Hal itu bisa dilakukan oleh LSM, organsiasi masyarakat, media dan lain sebagainya. Hanya saja, yang hingga kini masih jadi persoalan adalah efektifitas dari kekuatan demokrasi tersebut ketika dihadapkan pada persoalan capital sebagai tulang punggung organisasi. Bila tidak segera dibenahi, persoalan capital dapat melibas independensi atau menggembos eksistensi organisasi sehingga ikhtiar untuk membuat rakyat mampu berpartisipasi serta melaksanakan hak dan kewajiban konstitusional terhambat sama sekali.

Check and Balance
Penguatan peran dan fungsi kultural oleh kalangan sipil diharapkan dapat mengimbangi realitas puncak politik kekuasaan. Dengan demikian mekanisme pengawasan dan pengimbangan bisa terus dilakukan sesuai harapan. Tanpa itu, laju kekuasaan akan selalu mengambil jarak dengan kehendak bersama dan dinamika demokrasi pun akan diwarnai oleh –meminjam istilah Alexis de Tocqueville- “tirani mayoritas”. Sebuah kecenderungan dalam sistem demokrasi untuk melegitimasi kekuasaan dengan memanfaatkan anggapan bahwa “suara rakyat, suara Tuhan”.

Padahal, istilah mayoritas perlu ditelusuri lebih jauh dengan cara mengaitkannya dengan kualitas, baik kualitas pemilih maupun langkah kebijakan yang diambil oleh penguasa. Apalagi dalam sistem demokrasi berlaku adagium “saya memang tidak setuju dengan pendapat Anda, tetapi hak Anda mengajukan pendapat saya bela sepenuhnya”. Artinya, setiap sesuatu yang disandarkan pada ukuran mayoritas tidak sepenuhnya baik untuk kepentingan bersama maupun bagi kualitas demokrasi itu sendiri.

Pada tahap itulah diperlukan peran nyata dari perjuangan kultural dengan mengarahkan masyarakat agar tidak terjebak dalam kesadaran palsu (false of consciousness), terbuai janji manis kaum elit, rayuan dengan iming-iming duit, dan sebagainya. Pengarahan ini dilakukan tidak lain adalah untuk menggapai hukum perubahan yang teratur (orderly change), direncanakan sesuai tujuan bersama. Perubahan yang mengambil bentuk pergerakan buttom up sehingga benar-benar merepresentasikan suara Tuhan.

Akhirnya, Pemilu legislatif 2009 memberikan pelajaran nyata bagi setiap insan demokrasi untuk kembali memperkuat peranan kultural di tengah puncak pragmatisme politik. Sebuah peran sebagai “polisi demokrasi” yang merupakan conditio sin quo noon dari dinamika politik yang timpang.
Teruskan baca - Ketimpangan Demokrasi Kita

TIDAK ADA YANG KALAH


Adagium seperti ; siapa memperoleh apa kapan dan bagaimana, tidak ada teman sejati yang ada hanyalah kepentingan abadi dalam dunia politik telah menjelma menjadi prinsip hidup dalam percaturan politik. Istilah tersebut tidaklah salah. Namun mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok diatas kepentingan umum adalah kesalahn besar. Kesalahan besar tersebut bukan saja menzalimi hak masyarakat saat itu, namun hal tersebut akan terseubjektifikasi menjadi hal wajar bagi generasi berikutnya khususnya, yang terjun dalam dunia politik dan merupakan pendidikan politik “buruk” bagi masyarakat.

Bukankah salah satu fungsi partai politik sebagai kendaraan para politisi itu adalah pendidikan politik pada masyarakat? Lantas apa yang lebih indah dan lebih bermanfaat selain bicara dan berpihak secara kongrit pada masyarakat? Uangkah? Atau…….? Anda yang lebih paham tentang diri anda
Tulisan ini bukan bermaksud mengulas dua istilah diatas, namun konflik pertarungan politik antara dua kandidat dalam pesta demokrasi, menimbulkan pertanyaan besar apa yang dicari?

''Katakanlah, 'Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang-orang yang Engkau kehendaki dan engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu'.'' (Ali 'Imran: 26). Apa yang dikehendaki Allah SWT jadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan jadi. Manusia bisa merencanakan tetapi Allah jua yang menentukan.

Silih bergantinya siang dan malam, kemenangan dan kekalahan, dan terjadinya perubahan menunjukkan kuasa Allah Sang Pencipta dan Pengatur Alam Semesta serta keterbatasan kita sebagai manusia. Firman Allah SWT, ''Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka terjadilah.'' (Yaa Siin: 82).

Memang, kita bisa memahami bahwa Kekalahan adalah sesuatu yang paling tidak disukai banyak orang dan sulit untuk bisa diterima. Namun bukankah sebelum bertanding kita telah siap segalanya? siap menerima kekalahan dan siap membantu yang menang dalam kontek perjuangan untuk rakyat. Kalaupun tidak terlibat secara struktur bukankah juga bisa dengan cultural “ mencintai tidak selamanya memuji; mengkritik adalah bagian dari mencintai”. Dan memosisikan diri sebagai pengkritik adalah satu diantara cara bijak. Namun ingat..! mengritik yang tidak disertai dengan solusi adalah menghujat.

karena itu, memahami kekalahan dengan jiwa besar, berpikir positif dan bijak dalam menghadapinya. Sesungguhnya anda telah memenangkan peperangan. Memenangkan peperangan dalam seratus pertempuran belum menunjukan kemenangan sesungguhnya. kemenangan sesungguhnya adalah sejauh mana anda merubahnya menjadi energi positif, memanusikan manusia, serta turut terlibat dalam substansi manifestasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dengan hal semacam itu anda akan selamanya dikenang sebagai pemimpin yang baik dan bijaksana.

Itulah hakikat berfastabiqulkhairat; (berlomba-lomba dalam kebajikan) karenya jika kita hanya silau pada kesenangan dan kenikmatan dunia, yang kita jumpai hal yang tidak pasti, semu, utopis, bahkan menyakitkan akan terus menghantui.

Kemenangan lalu diekspresikan dengan kesombongan, congkak, dan bahkan lupa diri kepada yang memberi nikmat. Akan selamanya tidak akan di Ridhoi Allah SWT, berbungkus dengan atas nama agama terhadap kebusukannya, kemunafikannya, kecongkakannya. Namun menerima kemenangan sebagai Amanah, memimpin dengan penuh cinta dan ketulusan hati adalah sebuah kemenangan sempurna. Tidak ada yang kalah bukan? Kalian semua pemenangnya.
Sumber;Politik.com Oleh; Rahmat Abd Fatah
Teruskan baca - TIDAK ADA YANG KALAH

PEMIMPIN DAN RAKYATNYA


Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, sementara aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Karena itu jika aku berbuat baik, maka dukunglah. Dan jika aku berbuat buruk, maka cegahlah. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan rasul-Nya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya, maka kalian tidak perlu menaatiku." (Abu Bakar ash-Shiddiq RA).
Sungguh, bentuk pendidikan politik yang sangat baik. Inilah wujud pemimpin yang sadar akan posisinya sebagai wakil rakyat, tidak congkak, dan tidak pulah bergembira akan kemenangannya, ia bersyukur, meminta perlindungan, menyadari posisinya sebagai amanah yang ahirnya dipertanggungjawabkan. Pemimpin yang siap untuk tidak ditaati jika melakukan kesalahan. (kemungkaran). Membuka ruang komunikasi dengan rakyatnya, menerima masukan selanjutnya dengan ikhlas dan sungguh- sungguh melaksanakannya.

Pemimpin seperti inilah yang dianjurkan Allah SWT. Untuk ditaati.
Namun ketaatan tersebut hanya berlaku dalam konteks ketaatan kepada Allah SWT, bukan dalam konteks kemaksiatan kepada-Nya. Rasulullah SAW menjelaskan : "Tak ada ketaatan kepada orang yang tidak menaati Allah 'azza wa jalla." (HR Ahmad). "Tak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah." (HR Muslim). Hai orang-orang yang beriman, taatilah oleh kalian Allah, rasul, dan ulil amri (penguasa) di antara kalian...(An-Nisa: 59

Inilah wujud, partisipasi politik yang baik, yang satu menyadari posisinya sebagai pemimpin dan yang lain sebagai yang dipimpin. Inilah bentuk kesadaran politik tertinggi (khalifah, Umar bin Khaththab RA) "Wahai manusia, siapa saja di antara kalian yang melihatku menyimpang, maka luruskanlah aku."

Demikianlah betapa pentingnya sosok pemimpin yang memahami hubungan antara dirinya dengan rakyatnya. Seorang pemimpin adalah yang disukai rakyatnya dan bahkan mendoakannya, begitu pula sebaliknya ketika pemimpin itu menyukai mereka dan juga mendoakan rakyatnya. Dari Auf bin Malik al-Asyja'i, Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka." (HR Muslim).

Bagaimana dengan segelintir wakil rakyat kita kini? yang jelas-jelas melakukan kesalahan? Dipastikan muncul kelompok pembela dan penantang. Itulah wajah “sedikit” politisi bangsa ini. InsyaAllah banyak yang masih amanah. Mari dari setiap diri kita terus memperbaiki diri, menginstropeksi dan mengajak bersama orang-orang sholeh yang komit untuk membangun negeri ini. Setiap diri kita adalah solusi terhadap persoaolan bangsa, dan pastikan bukan beban bagi bangsa ini.

Sumber;Rahmat Abd Fatah(berpolitik.com)
Teruskan baca - PEMIMPIN DAN RAKYATNYA

Senin, 17 Agustus 2009

KRONOLOGIS AKSI


Tepatnya pada hari sabtu tanggal 25 Juli 2009 pukul 05.20 kawan-kawan forgama yang tergabung dalam “Front Mahasiswa Anti Ketidakadilan Aikom Ternate” melakukan pemboikotan Kampus Aikom Ternate. Dan kawan-kawan menjaga pemboikotan di depan kampus Aikom hingga pukul 07.30 sebelum melakukan orasi, salah satu intel dari Polres Ternate tiba di lokasi aksi tidak lama kemudian datang juga pembantu direktur I bapak Muksin Abdullah, ST dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengambil gambar pemboikotan kampus langsung pulang.

Kemudian dilanjutkan dengan orasi yang dibuka oleh kawan Ruslan sekaligus memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat setempat dan mahasiswa Aikom mengenai aksi pemboikotan kampus.

Setelah itu orasi dilanjutkan oleh kawan Narto disusul oleh Kawan ambona kemudian orator berpindah ke kawan Ruslan setelah itu dilanjutkan oleh kawan Ambona. Pada saat aksi dimulai situasi di sekitar kampus tidak tampak adanya masa yang berlebihan karena para peserta aksi masih tergolong muka lama yaitu kawan-kawan yang mayoritas mahasiswa semester akhir (Semester VII) ditambah beberapa orang dari semester V dan III serta beberapa calon mahasiswa baru yang datang ke kampus untuk mengambil nomor tes tetapi mereka tidak bisa masuk karena kampus di boikot.

Hingga pukul 08.25 yang menjadi orator kawan Ambona kemudian berpindah ke kawan Narto. Hingga pada saat ini situasi belum terlalu berubah dimana para peserta aksi belum bertambah. Sementara itu, kawan Safrudin sedang membagi-bagikan selebaran kepada mahasiswa yang berdatangan dan warga masyarakat yang berada di sekitar kampus.

Hingga pukul 08.40 situasi masi tetap seperti biasa. Dan orasi disampaikan oleh kawan Irwan. Pada kesempatan itu pula tampak beberapa mahasiswa semester V dari jurusan teknik komputer dan manajemen informatika yang tergabung dalam organisasi mahasiswa komputer pencinta alam (Mc-PAL) Aikom Ternate datang dikampus. Tidak lama kemudian datang salah satu staf Aikom yang juga merupakan petinggi/mantan ketua Mc-PAL Aikom yaitu saudara iwan. Kemudin pintu kampus yang tadinya di baikot, ini kemudian berusaha dibuka oleh mahasiswa dari Mc-PAL yang didominasi oleh kawan-kawan dari jurusan teknik. Akhirnya pemboikotan berhasil dibuka oleh mahasiswa Mc-PAL karena tidak ada perlawanan dari kawan-kawan yang menggelar aksi.

Pukul 08.50 orator berpindah ke kawan Ruslan. Situasi mulai ramai karena calon mahasiswa baru mulai berdatangan, dan pada pukul 08.58 mobil patroli yang beranggotakan 5 polisi dari Polres Ternate merapat di depan kampus. Dan pukul 09.04 satu lagi mobil patroli merapat ke kampus dengan 3 anggota polisi. Pukul 09.10 bapak Rosihan, ST. Mcs yang juga mantan Pudir I tiba dikampus. Tak lama kemudian mobil patroli yang berukuran besar merapat ke kampus dengan 7 anggota polisi. Situasi mulai ramai.

Selanjutnya, orator berpindah ke kawan Ambona tak lama kemudian berpindah ke kawan Irwan. Tak lama kemudian datang 2 anggota polisi dengan menggunakan sepeda motor.

Pada pukul 09. 20 tiba lagi mobil polantas dengan satu orang sebagai pengemudi mobil tersebut. Pukul 09.22 kurang lebih 20 anggota kepolisian berada di lokasi aksi untuk menjaga keamanan, tak lama kemudian tiba lagi satu sepeda motor dengan dua orang berseragam polisi.

Pukul 09.42 orator berpidah ke kawan Ruslan. Pukul 09.49 Direktur Aikom Ternate Bapak Ir. Rusmin Latara tiba di lokasi aksi dan sebelum masuk dikampus sempat berbincang-bincang dengan beberapa anggota kepolisian. Situasi sudah mulai berubah karena dimana sebagian mahasiswa yang tadinya tampak didepan kampus mulai menjauhi lokasi aksi karena melihat Direktur Aikom. Tak lama kemudian datang lagi sala satu staf akademik yaitu ibu Ana dan Orator masih tetap kawan Ruslan. Pukul 09.50 orasi disampaikan oleh kawan Narto. Situasi mulai memanas ketika kawan-kawan mau membakar ban didepan pintu kampus tetapi dihalangi oleh petugas keamanan sehingga terjadinya tarik menarik ban antara kawan-kawan dengan polisi. Akhirnya, ban berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.

Pada pukul 10.00 orator berpindah ke kawan ambona. Tak lama kemudian datang 2 orang dosen di kampus yaitu Ketua Prodi Manajemen Informatika Ibu Rosdiani Achmad, S.Kom dan Ketua Prodi Teknik Komputer Ibu Rita M. Saleh, S.Kom. Selanjutnya calon mahasiswa baru yang tadinya tidak bisa mengambil nomor tes walaupun pintu sudah dibuka tetapi karena dipanggil oleh seorang pembantu dosen yaitu Naslim sehingga satu persatu Camaru mulai masuk kampus dan mengambil nomor.

Pukul 10.10 orasi disampaikan oleh kawan Irwan dan dilanjutkan oleh kawan Dasril sampai pukul 10.25. Kemudian orasi dilanjutkan oleh kawan Safrudin sekaligus membacakan pernyataan sikap. Pada saat yang bersamaan pihak kepolisian (buser) dan kawan narto sebagai perwakilan untuk melakukan negosiasi dengan pihak direktorat. orasi tetap berlangsung dan disampaikan oleh kawan Ruslan dan meminta untuk mengadakan hearing didepan kampus antara pihak Direktorat, Akademik dan mahasiswa. Namun, tampaknya pihak direktorat dan akademik tidak merespon baik permintaan kawan-kawan untuk melakukan hearing di depan kampus. Pada kesempatan itu kawan Ruslan dalam orasinya memberikan waktu kepada pihak direktorat dan akademik dengan hitungan 1 s/d 10 apabilah tidak melakukan hearing didepan kampus maka kami akan bubar dan berjanji suatu saat akan datang kembali dengan massa yang lebih banyak untuk menyikapi permasalahan yang terjadi di kampus Aikom. Namun, sebelum hitungan berakhir Direktur Aikom keluar dari kampus lalu mengatakan BESOK SUDA...!!! sambil berjalan meninggalkan kampus. Tak lama kemudian kawan-kawan juga bubar dari kampus secara tertib.

Dan pada hari itu juga paska aksi dimana sekitar pukul 16.00 kelima kawan-kawan yang terlibat dalam aksi yaitu kawan Irwan, Narto, Ruslan, Ambona dan Safrudin di datangi 2 orang mahasiswa dari Aikom dengan membawa surat dari Panitia Penyelesaian Pelanggaran Tata Tertib (P3T2) Kampus untuk kelima kawan tersebut.

Kemudian pada hari senin tanggal 27 Juli 09 sekitar pukul 09.00 kelima kawan tersebut datang ke kampus untuk mengikuti sidang P3T2. Namun di dalam forum sidang itu semua anggota P3T2 tidak hadir hanya 3 orang yaitu Mukhsin Abdullah, ST (Ketua),Rosihan ST.Mcs, dan Hermanto Theho (Anggota). Sidang sudah mau dimulai namun kawan-kawan berlima tadi tidak sepakat untuk melanjutkan sidang dengan alasan forum tersebut tidak resmi karena semua anggota P3T2 tidak hadir dan tidak melibatkan pihak yayasan dan direktur. Selain itu, kawan-kawan juga tidak sepakat dengan agenda pembahasan P3T2 yaitu Masalah Legalitas Kampus, sebab yang dimuat dalam surat sidang di atas tentang tuntutan/pernyataan sikap aksi kawan-kawan kemarin, sehingga suasana forum pun sudah tidak efektif untuk melanjutkan sidang sehingga panitia P3T2 terpaksa menutup sidang tanpa ada sebuah kesepakatan hasil sidang dengan kawan-kawan. Pada kesempatan itu tak lama kemudian kawan-kawan melakukan orasi kurang lebih 20 menit di dalam kampus, karena tidak puas dengan sidang P3T2 yang tidak melibatkan pihak yayasan dan direktur, selain itu kawan-kawan jug memprotes aturan P3T2 yang terkesan tidak demokratis dan tidak disosialisasikan kepada mahasiswa. Setelah orasi kawan-kawan pun langsung pulang.

Kemudian sekitar pukul 16.30 datang dua orang mahasiswa ke rumah kawan irwan dengan membawa surat dari P3T2 untuk kelima kawan-kawan. Format suratnya terlampir Yang isinya merekomendasikan kepada direktur Aikom utnuk memberhentikan atau mengDO kawan Irwan, Narto, dan Ochan. Kawan Ambo dan Saf di cuti masing2 1 semester.

Setelah itu kawan-kawan membuat surat kpermohonan keringanan sanksi sekaligus mengklarifikasi isi surat penyampaian hasil evaluasi P3T2 diatas tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kawan-kawan, namun tidak ditanggapi.

Dan pada tanggal 10 agustus 09 kelima kawan-kawan menerima surat dari bapak direktur Aikom Ternate tentang pemberian sanksi (Surat terlampir). Yang meloloskan rekomendasi dari P3T2. Ketika kawan2 mencoba menghubungi Direktur, yang bersangkutan malah mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai wewenang. Karena beliau juga dilematis akibat dari solidnya P3T2 yang mengancam apabila rekomendasi itu tidak dipenuhi, maka mereka (dosen yang tergabung dalam P3T2 dan staf2) akan undur diri dari Aikom. Pertimbangan inilah yang membuat direktur mengambi kebijakan dengan memenuhi rekomendasinya.

Terakhir, ketika ini coba dkonfirmasikan dengan Pembantu Direktur 1 bersama keluarga kawan Iwan, ternyata mereka pun tidak mau. Dengan alasan yang sama.

Demikian kronologisnya, kami sangat mengharapkan balasan dari kawan2 dan solidaritasnya.

Berikut Nama dan no Hp pejabat-pajabat di AIKOM. Berikan tekanan kepada mereka sebagai bentuk Solidaritas Perjuangan Untuk Pendidikan Gratis, Berkualitas dan Adil! Direktur : Rusmin Latara 085298608456 Pembantu Direktur 1 : Muksin Abdullah 085240426876 Pembantu Direktur 3 : Rahmat Ibrahim 081340132333 Pengurus P3T2: Ketua : Mukksin Abdullah Anggota: 1. Hermanto Theo, S.Kom 081356107977 2. Rosdiani Achmad (Prodi Manajemen Informatika) 085240055836 3. Rita M Saleh S.Kom 085256527338 4. Rosihan ST, Mcs 085868299668 5. Mulyafitri S.Ip 081340299358

KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Posted: 14 Aug 2009 12:21 AM PDT

Pendidikan yang awalnya merupakan proses memanusiakan manusia dalam rangka menciptakan tenaga produktif yang bermutu bagi bangsa indoneisa. Selain itu, pendidikan/perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan dan merubah paradigma berpikir bagi peserta didik (Mahasiswa) ke arah yang lebih baik sehingga bermuncullah tokoh nasional dan pemuda yang lebih progresif. Namun, pendidikan saat ini telah bergeser jauh dari cita-cita awalnya yaitu proses memanusiakan manusia tetapi dijadikan sebagai proses komersialisasi pendidikan.

Proses komersialisasi pendidkan atau pendidikan telah menjadi komoditi, proses ini telah terjadi di kampus Akademi Ilmu Komputer Ternate yang mana akan menguntungkan pemilik/pengelolah AIKOM dalam hal ini Yayasan, direktorat, dan akademik sehingga tidak heran AIKOM lebih mengutamakan modal (finansial) dari pada kualitas pendidikan.

Selain itu, AIKOM Ternate yang merupakan salah satu perguruan tinggi yang bertujuan untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas, profesonal dan produktif bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan Maluku Utara pada khususnya. Namun, secara faktual telah bergeser jauh dari tujuannya yang sebenarnya, hal ini dibuktikan ketika output (wisudawan/i) yang dihasilkan AIKOM Ternate sebagian besar mempunyai keterampilan, kualitas dan profesionalisme khususnya di basic keilmuannya sangat minim dan patut dipertanyakan.

Berbagai macam permasalahan yang terjadi di AIKOM saat ini seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan dan sistem kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Misalnya : 1. Tidak transparansinya dana kampus (kenaikan uang semester, beasiswa dll) 2. Struktur kelembagaan kampus yang tidak jelas/konsisten dan dosen tetap kebanyakan suda menjadi PNS sehingga berdampak negative pada kualitas kampus. 3. Lembaga / organisasi-organisasi kemahasiswaan yang tidak aktif dan tidak pernah diperhatikan oleh pudir III selaku penanggung jawab 4. Fasilitas kampus yang tidak memadai (ruangan belajar mengajar, laboratorium dll) 5. Kurangnya tenaga pengajar dan dosesn yang tidak professional.

Masalah-masalah diatas sangat jelas merupakan penghalang bagi masyarakat (mahasiswa) untuk menjadi cerdas, berkualitas, professional dan berkreativitas. Tanpa disadari mahasiswa AIKOM telah dijadikan budak, ditindas dan membunuh karakter kawan2. Untuk itu, perjuangkanlah terus apa yang menjadi hak kawan2 yang selama ini tdak pernah dipenuhi oleh pihak kampus.
Teruskan baca - KRONOLOGIS AKSI

KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Pendidikan yang awalnya merupakan proses memanusiakan manusia dalam rangka menciptakan tenaga produktif yang bermutu bagi bangsa indoneisa. Selain itu, pendidikan/perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan dan merubah paradigma berpikir bagi peserta didik (Mahasiswa) ke arah yang lebih baik sehingga bermuncullah tokoh nasional dan pemuda yang lebih progresif. Namun, pendidikan saat ini telah bergeser jauh dari cita-cita awalnya yaitu proses memanusiakan manusia tetapi dijadikan sebagai proses komersialisasi pendidikan.

Proses komersialisasi pendidkan atau pendidikan telah menjadi komoditi, proses ini telah terjadi di kampus Akademi Ilmu Komputer Ternate yang mana akan menguntungkan pemilik/pengelolah AIKOM dalam hal ini Yayasan, direktorat, dan akademik sehingga tidak heran AIKOM lebih mengutamakan modal (finansial) dari pada kualitas pendidikan.

Selain itu, AIKOM Ternate yang merupakan salah satu perguruan tinggi yang bertujuan untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas, profesonal dan produktif bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan Maluku Utara pada khususnya. Namun, secara faktual telah bergeser jauh dari tujuannya yang sebenarnya, hal ini dibuktikan ketika output (wisudawan/i) yang dihasilkan AIKOM Ternate sebagian besar mempunyai keterampilan, kualitas dan profesionalisme khususnya di basic keilmuannya sangat minim dan patut dipertanyakan.

Berbagai macam permasalahan yang terjadi di AIKOM saat ini seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan dan sistem kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Misalnya : 1. Tidak transparansinya dana kampus (kenaikan uang semester, beasiswa dll) 2. Struktur kelembagaan kampus yang tidak jelas/konsisten dan dosen tetap kebanyakan suda menjadi PNS sehingga berdampak negative pada kualitas kampus. 3. Lembaga / organisasi-organisasi kemahasiswaan yang tidak aktif dan tidak pernah diperhatikan oleh pudir III selaku penanggung jawab 4. Fasilitas kampus yang tidak memadai (ruangan belajar mengajar, laboratorium dll) 5. Kurangnya tenaga pengajar dan dosesn yang tidak professional.

Masalah-masalah diatas sangat jelas merupakan penghalang bagi masyarakat (mahasiswa) untuk menjadi cerdas, berkualitas, professional dan berkreativitas. Tanpa disadari mahasiswa AIKOM telah dijadikan budak, ditindas dan membunuh karakter kawan2. Untuk itu, perjuangkanlah terus apa yang menjadi hak kawan2 yang selama ini tdak pernah dipenuhi oleh pihak kampus.
Teruskan baca - KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Selasa, 11 Agustus 2009

Venezuela Menaikkan Gaji Guru Sebanyak 30%

14 Mei 2009, Oleh: James Suggett – Venezuelanalysis.com

Pemerintah Venezuela menetapkan kenaikan gaji sebesar 30% dan menambahkan berbagai tunjangan untuk kurang lebih setengah juta guru sekolah aktif dan pensiunan pada hari Selasa, sebagai sebuah hasil dari penandatanganan kontrak kesepakatan bersama dengan persatuan guru Jumat lalu.

Mengutip menteri pendidikan Hector Navarro, Guru-guru publik Venezuela saat ini berpenghasilan lebih dari 700% dari pada penghasilan yang pernah mereka dapatkan sepuluh tahun yang lalu, saat presiden Chavez pertama kali terpilih.

Dalam sebuah acara bersama Chavez pada hari Selasa, sekretaris jenderal Persatuan Guru Nasional SINAFUM, Luis Matos, mengatakan kenaikan gaji melebihi penyesuaian normal terhadap inflasi.

Guru pemula tanpa gelar sarjana sekarang akan mendapatkan dua kali upah minimum, dan guru berpengalaman dengan gelar sarjana akan memperoleh tiga setengah kali upah minimum, kata Matos. Dalam arti sebenarnya, hal ini berarti guru pemula akan memperoleh 1,720 bolivars ($800) per bulan, dan guru-guru publik dengan tingkat lebih tinggi akan mendapatkan lebih dari 3,000 bolivars ($1,400) per bulan.

Konrak bersama menjamin biaya transportasi dan perawatan kesehatan untuk guru yang aktif, memberikan biaya kesehatan untuk guru-guru pensiunan, dan menjamin bonus pra natal dan paska natal.

Selain itu, pemerintah akan memberikan bonus kepada guru-guru yang memperoleh status senior, menjalani pelatihan ketrampilan khusus, mengajar di daerah terpencil dan daerah pedesaan, dan mengajar di penjara. Koordinator dan direktur program pendidikan juga akan menerima bonus sebanyak 20%.

Selain menaikkan gaji guru, pemerintah juga menaikkan upah minimum sebanyak 10% bulan lalu, sementara itu tindakan cermat dijalankan yaitu memotong anggaran termasuk pembiayaan executive dan bonus-bonus di institusi pemerintah yang lain, sebagai sebuah hasil dari penurunan ekonomi.

Saat acara pada hari Selasa, Matos dan pemimpin persatuan yang lain mengatakan sebagian rencana kedepan untuk meningkatkan pendidikan publik dengan mempersiapkan dewan sekolah yang baru di komunitas-komunitas local, melalui komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi murid dapat mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi sekolah-sekolah public di daerahnya.

Guru-guru juga harus menjadi pendidik diluar ruang kelas, kata Matos "Kami mendukung ide tentang pasukan sukarelawan pendidik dengan tujuan untuk mendidik rakyat kami, kelas pekerja, dan komunitas umum," ungkapnya.

Anggota persatuan Marta Rodriguez menyatakan eprlunya untuk memulai lagi reformasi kurikulum nasional. "Sangat penting untuk memiliki pintu yang terbuka untuk mengawali proses diskusi tentang kurikulum, inilah yang akan kita lakukan, untuk menghasilkan sebuah praktek pendidikan yang baru," ungkapnya.

Pada tahun 2008, sebuah draft kurikulum nasional baru telah disirkulasikan diantara guru-guru untuk didiskusikan di workshop daerah-daerah seluruh negeri , tetapi proyek ini telah tertunda karena pemilihan regional dan lokal mendekati bulan November.
Teruskan baca - Venezuela Menaikkan Gaji Guru Sebanyak 30%

Chavez: Pabrik-pabrik harus menjadi “sekolah”


Dalam pertemuan yang bertema “transformasi sosialis” pada tanggal 21 Mei 2009 yang berlangsung di komplek industri CVG Ferrominera, Puerto Ordaz, Kota Guayana, Venezuela, Chavez mengumumkan beberapa pabrik yang baru saja dinasionalisasi, yaitu lima pabrik besi dan baja yang terdiri dari Pabrik besi dan baja Orinoco, Venezolana de Prerreducidos of Caroní (VENPRECAR), Materiales Siderúrgicos (MATESI), Complejo Siderúrgico de Guayana (COMSIGUA), Tubos de Acero de Venezuela (TAVSA) dan Pabrik Keramik Caraobo. Kelima pabrik besi dan baja serta satu pabrik keramik yang dinasionalisasi itu merupakan bagian dari langkah Chavez untuk membangun sosialisme Venezuela yang berbasiskan kekuatan massa rakyat pekerja. Chavez juga menjelaskan persetujuan perundingan secara kolektif dari CVG Ferrominera dan berencana untuk membuat komplek pabrik industri besi baja dimana pabrik-pabrik yang tergabung dalam komplek itu harus berada dibawah kontrol buruh. “Mari kita mulai proses nasionalisasi untuk membangun komplek industrial ini”, kata Chavez.

Pertemuan itu dihadiri sekitar 400 buruh, 200 orang diantaranya berasal dari buruh sektor industri alumunium dan 200 orang lainnya berasal dari sektor industri besi dan baja. Chavez, sebagai presiden Venezuela, dalam pertemuan itu ia didampingi oleh beberapa menterinya yaitu Jorge Giordani, Rodolfo Sanz, Rafael Ramírez, dan Alí Rodríguez Araque serta Gubernur Guayana, Francisco Rangel Gómez.

Untuk seluruh massa rakyat di Venezuela, khususnya mereka yang hadir dalam pertemuan itu, Chavez menegaskan bahwa perlunya menggiatkan pendidikan politik bagi buruh, ia mengatakan saat ini “setiap pabrik harus menjadi sekolah, seperti yang dikatakan Che, bahwa untuk membangun tidak hanya membutuhkan briket, besi, baja dan alumunium, namun juga, diatas semuanya, pemuda dan pemudi baru, sebuah masyarakat baru, sebuah masyarakat sosialis”. Chavez juga menegaskan kembali idenya untuk membuat sekolah-sekolah politik, seperti sekolah poltik yang ada di CVG Alcasa, dimana pengelolaannya berada di bawah kontrol pekerja dan diketuai oleh Carloz Lanz. “Saya pikir akan sangat bermanfaat jika segera dibuka Sekolah bagi buruh di Guayana, sebuah Sekolah pendidikan politik bagi buruh; dengan itu maka kita dapat memulai untuk menganalisa berbagai macam persoalan, baik mengenai sosialisme dan dunia, politik, budaya, masyarakat dan ekonomi”. Dengan sekolah-sekolah politik itu diharapkan kesadaran buruh akan meningkat. Sehingga buruh tidak hanya sekedar tahu tentang sosialisme, tapi juga paham, dan mengerti bagaimana mewujudkannya. Karena proyek besar pembangunan transisional menuju sosialisme yang terjadi di Venezuela membutuhkan partisipasi dengan penuh kesadaran massa rakyat pekerja.

Bagi Chavez, Guayana merupakan salah satu kota penting dalam membangun sosialisme di Venezuela , di kota ini program-program sosialisme sedang dijalankan. Dan diharapkan Guayana dapat menjadi kota percontohan bagi kota-kota lainnya di Venezuela bahkan di seluruh dunia. Dengan penuh optimis Chavez mengatakan “Saya yakin bahwa Guayana dan pergerakan di Guayana…akan menjadi platform sosialisme yang besar, dalam membangun sosialisme, kelas pekerja menjadi garda terdepan, kelas pekerja sebagai pelaku utama. Dan Guayana, akan menjadi – disinilah saya melihat – sebuah sekolah Sosialis”.

Chavez juga mengatakan bahwa pembangunan dan perencanaan proses Revolusi Venezuela ini membutuhkan partisipasi sadar dari kelas pekerja. Pidato yang dia berikan merupakan satu langkah maju, tetapi ini harus dipenuhi dan dijalankan melalui aksi-aksi konkrit oleh pekerja sendiri. Kita telah melihat berkali-kali bagaimana rencana-rencana yang telah dipaparkan oleh Chavez terkubur dan diabaikan oleh birokrasi-birokrasi pemerintah yang notabene masih merupakan warisan dari pemerintahan korup yang lama sebelum Chavez. Untuk berangkat dari pidato ke aksi, kelas pekerja Guayana dan segenap kelas pekerja Venezuela harus mengambil tanggung jawab ini.

Kelas pekerja harus mengambil sebuah langkah tegas dan aksi yang konkrit. Komite-komite pabrik harus dipilih secara demokratis dan dapat dipanggil kembali (recall) setiap saat supaya kontrol buruh yang sejati dapat terbentuk. Manajemen dan pembukuan perusahaan harus dikontrol oleh pekerja sendiri supaya surplus-surplus produksi tidak lari ke kantong para birokrat. Kelas pekerja Venezuela harus memiliki manejemen kolektif di dalam setiap divisi dan departemen industri, yang mengontrol semua aspek produksi, termasuk pemasaran dan penjualan, guna membentuk kontrol buruh yang efektif.

Menjelang akhir acara pertemuan itu Chavez menegaskan kembali bahwa revolusi Bolivarian yang sedang dijalankan di Venezuela ini memainkan peran yang sangat besar bagi perkembangan massa rakyat pekerja di seluruh dunia. Seluruh kelas pekerja dunia saat ini melihat dan berharap bahwa proses revolusi sosialisme yang berlangsung di Venezuela dapat mewujudkan terbentuknya Negara buruh sejati. Dengan penuh suka cita di akhir kalimat penutupnya Chavez berucap “Hidup kelas pekerja! Hidup kebebasan di Guayana! Hidup buruh! Hidup Negara sosialis! Patria, Socialismo o Muerte! Venceremos!” (kprm-prd.blogspot.com)
Teruskan baca - Chavez: Pabrik-pabrik harus menjadi “sekolah”