Senin, 17 Agustus 2009

KRONOLOGIS AKSI


Tepatnya pada hari sabtu tanggal 25 Juli 2009 pukul 05.20 kawan-kawan forgama yang tergabung dalam “Front Mahasiswa Anti Ketidakadilan Aikom Ternate” melakukan pemboikotan Kampus Aikom Ternate. Dan kawan-kawan menjaga pemboikotan di depan kampus Aikom hingga pukul 07.30 sebelum melakukan orasi, salah satu intel dari Polres Ternate tiba di lokasi aksi tidak lama kemudian datang juga pembantu direktur I bapak Muksin Abdullah, ST dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengambil gambar pemboikotan kampus langsung pulang.

Kemudian dilanjutkan dengan orasi yang dibuka oleh kawan Ruslan sekaligus memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat setempat dan mahasiswa Aikom mengenai aksi pemboikotan kampus.

Setelah itu orasi dilanjutkan oleh kawan Narto disusul oleh Kawan ambona kemudian orator berpindah ke kawan Ruslan setelah itu dilanjutkan oleh kawan Ambona. Pada saat aksi dimulai situasi di sekitar kampus tidak tampak adanya masa yang berlebihan karena para peserta aksi masih tergolong muka lama yaitu kawan-kawan yang mayoritas mahasiswa semester akhir (Semester VII) ditambah beberapa orang dari semester V dan III serta beberapa calon mahasiswa baru yang datang ke kampus untuk mengambil nomor tes tetapi mereka tidak bisa masuk karena kampus di boikot.

Hingga pukul 08.25 yang menjadi orator kawan Ambona kemudian berpindah ke kawan Narto. Hingga pada saat ini situasi belum terlalu berubah dimana para peserta aksi belum bertambah. Sementara itu, kawan Safrudin sedang membagi-bagikan selebaran kepada mahasiswa yang berdatangan dan warga masyarakat yang berada di sekitar kampus.

Hingga pukul 08.40 situasi masi tetap seperti biasa. Dan orasi disampaikan oleh kawan Irwan. Pada kesempatan itu pula tampak beberapa mahasiswa semester V dari jurusan teknik komputer dan manajemen informatika yang tergabung dalam organisasi mahasiswa komputer pencinta alam (Mc-PAL) Aikom Ternate datang dikampus. Tidak lama kemudian datang salah satu staf Aikom yang juga merupakan petinggi/mantan ketua Mc-PAL Aikom yaitu saudara iwan. Kemudin pintu kampus yang tadinya di baikot, ini kemudian berusaha dibuka oleh mahasiswa dari Mc-PAL yang didominasi oleh kawan-kawan dari jurusan teknik. Akhirnya pemboikotan berhasil dibuka oleh mahasiswa Mc-PAL karena tidak ada perlawanan dari kawan-kawan yang menggelar aksi.

Pukul 08.50 orator berpindah ke kawan Ruslan. Situasi mulai ramai karena calon mahasiswa baru mulai berdatangan, dan pada pukul 08.58 mobil patroli yang beranggotakan 5 polisi dari Polres Ternate merapat di depan kampus. Dan pukul 09.04 satu lagi mobil patroli merapat ke kampus dengan 3 anggota polisi. Pukul 09.10 bapak Rosihan, ST. Mcs yang juga mantan Pudir I tiba dikampus. Tak lama kemudian mobil patroli yang berukuran besar merapat ke kampus dengan 7 anggota polisi. Situasi mulai ramai.

Selanjutnya, orator berpindah ke kawan Ambona tak lama kemudian berpindah ke kawan Irwan. Tak lama kemudian datang 2 anggota polisi dengan menggunakan sepeda motor.

Pada pukul 09. 20 tiba lagi mobil polantas dengan satu orang sebagai pengemudi mobil tersebut. Pukul 09.22 kurang lebih 20 anggota kepolisian berada di lokasi aksi untuk menjaga keamanan, tak lama kemudian tiba lagi satu sepeda motor dengan dua orang berseragam polisi.

Pukul 09.42 orator berpidah ke kawan Ruslan. Pukul 09.49 Direktur Aikom Ternate Bapak Ir. Rusmin Latara tiba di lokasi aksi dan sebelum masuk dikampus sempat berbincang-bincang dengan beberapa anggota kepolisian. Situasi sudah mulai berubah karena dimana sebagian mahasiswa yang tadinya tampak didepan kampus mulai menjauhi lokasi aksi karena melihat Direktur Aikom. Tak lama kemudian datang lagi sala satu staf akademik yaitu ibu Ana dan Orator masih tetap kawan Ruslan. Pukul 09.50 orasi disampaikan oleh kawan Narto. Situasi mulai memanas ketika kawan-kawan mau membakar ban didepan pintu kampus tetapi dihalangi oleh petugas keamanan sehingga terjadinya tarik menarik ban antara kawan-kawan dengan polisi. Akhirnya, ban berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.

Pada pukul 10.00 orator berpindah ke kawan ambona. Tak lama kemudian datang 2 orang dosen di kampus yaitu Ketua Prodi Manajemen Informatika Ibu Rosdiani Achmad, S.Kom dan Ketua Prodi Teknik Komputer Ibu Rita M. Saleh, S.Kom. Selanjutnya calon mahasiswa baru yang tadinya tidak bisa mengambil nomor tes walaupun pintu sudah dibuka tetapi karena dipanggil oleh seorang pembantu dosen yaitu Naslim sehingga satu persatu Camaru mulai masuk kampus dan mengambil nomor.

Pukul 10.10 orasi disampaikan oleh kawan Irwan dan dilanjutkan oleh kawan Dasril sampai pukul 10.25. Kemudian orasi dilanjutkan oleh kawan Safrudin sekaligus membacakan pernyataan sikap. Pada saat yang bersamaan pihak kepolisian (buser) dan kawan narto sebagai perwakilan untuk melakukan negosiasi dengan pihak direktorat. orasi tetap berlangsung dan disampaikan oleh kawan Ruslan dan meminta untuk mengadakan hearing didepan kampus antara pihak Direktorat, Akademik dan mahasiswa. Namun, tampaknya pihak direktorat dan akademik tidak merespon baik permintaan kawan-kawan untuk melakukan hearing di depan kampus. Pada kesempatan itu kawan Ruslan dalam orasinya memberikan waktu kepada pihak direktorat dan akademik dengan hitungan 1 s/d 10 apabilah tidak melakukan hearing didepan kampus maka kami akan bubar dan berjanji suatu saat akan datang kembali dengan massa yang lebih banyak untuk menyikapi permasalahan yang terjadi di kampus Aikom. Namun, sebelum hitungan berakhir Direktur Aikom keluar dari kampus lalu mengatakan BESOK SUDA...!!! sambil berjalan meninggalkan kampus. Tak lama kemudian kawan-kawan juga bubar dari kampus secara tertib.

Dan pada hari itu juga paska aksi dimana sekitar pukul 16.00 kelima kawan-kawan yang terlibat dalam aksi yaitu kawan Irwan, Narto, Ruslan, Ambona dan Safrudin di datangi 2 orang mahasiswa dari Aikom dengan membawa surat dari Panitia Penyelesaian Pelanggaran Tata Tertib (P3T2) Kampus untuk kelima kawan tersebut.

Kemudian pada hari senin tanggal 27 Juli 09 sekitar pukul 09.00 kelima kawan tersebut datang ke kampus untuk mengikuti sidang P3T2. Namun di dalam forum sidang itu semua anggota P3T2 tidak hadir hanya 3 orang yaitu Mukhsin Abdullah, ST (Ketua),Rosihan ST.Mcs, dan Hermanto Theho (Anggota). Sidang sudah mau dimulai namun kawan-kawan berlima tadi tidak sepakat untuk melanjutkan sidang dengan alasan forum tersebut tidak resmi karena semua anggota P3T2 tidak hadir dan tidak melibatkan pihak yayasan dan direktur. Selain itu, kawan-kawan juga tidak sepakat dengan agenda pembahasan P3T2 yaitu Masalah Legalitas Kampus, sebab yang dimuat dalam surat sidang di atas tentang tuntutan/pernyataan sikap aksi kawan-kawan kemarin, sehingga suasana forum pun sudah tidak efektif untuk melanjutkan sidang sehingga panitia P3T2 terpaksa menutup sidang tanpa ada sebuah kesepakatan hasil sidang dengan kawan-kawan. Pada kesempatan itu tak lama kemudian kawan-kawan melakukan orasi kurang lebih 20 menit di dalam kampus, karena tidak puas dengan sidang P3T2 yang tidak melibatkan pihak yayasan dan direktur, selain itu kawan-kawan jug memprotes aturan P3T2 yang terkesan tidak demokratis dan tidak disosialisasikan kepada mahasiswa. Setelah orasi kawan-kawan pun langsung pulang.

Kemudian sekitar pukul 16.30 datang dua orang mahasiswa ke rumah kawan irwan dengan membawa surat dari P3T2 untuk kelima kawan-kawan. Format suratnya terlampir Yang isinya merekomendasikan kepada direktur Aikom utnuk memberhentikan atau mengDO kawan Irwan, Narto, dan Ochan. Kawan Ambo dan Saf di cuti masing2 1 semester.

Setelah itu kawan-kawan membuat surat kpermohonan keringanan sanksi sekaligus mengklarifikasi isi surat penyampaian hasil evaluasi P3T2 diatas tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kawan-kawan, namun tidak ditanggapi.

Dan pada tanggal 10 agustus 09 kelima kawan-kawan menerima surat dari bapak direktur Aikom Ternate tentang pemberian sanksi (Surat terlampir). Yang meloloskan rekomendasi dari P3T2. Ketika kawan2 mencoba menghubungi Direktur, yang bersangkutan malah mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai wewenang. Karena beliau juga dilematis akibat dari solidnya P3T2 yang mengancam apabila rekomendasi itu tidak dipenuhi, maka mereka (dosen yang tergabung dalam P3T2 dan staf2) akan undur diri dari Aikom. Pertimbangan inilah yang membuat direktur mengambi kebijakan dengan memenuhi rekomendasinya.

Terakhir, ketika ini coba dkonfirmasikan dengan Pembantu Direktur 1 bersama keluarga kawan Iwan, ternyata mereka pun tidak mau. Dengan alasan yang sama.

Demikian kronologisnya, kami sangat mengharapkan balasan dari kawan2 dan solidaritasnya.

Berikut Nama dan no Hp pejabat-pajabat di AIKOM. Berikan tekanan kepada mereka sebagai bentuk Solidaritas Perjuangan Untuk Pendidikan Gratis, Berkualitas dan Adil! Direktur : Rusmin Latara 085298608456 Pembantu Direktur 1 : Muksin Abdullah 085240426876 Pembantu Direktur 3 : Rahmat Ibrahim 081340132333 Pengurus P3T2: Ketua : Mukksin Abdullah Anggota: 1. Hermanto Theo, S.Kom 081356107977 2. Rosdiani Achmad (Prodi Manajemen Informatika) 085240055836 3. Rita M Saleh S.Kom 085256527338 4. Rosihan ST, Mcs 085868299668 5. Mulyafitri S.Ip 081340299358

KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Posted: 14 Aug 2009 12:21 AM PDT

Pendidikan yang awalnya merupakan proses memanusiakan manusia dalam rangka menciptakan tenaga produktif yang bermutu bagi bangsa indoneisa. Selain itu, pendidikan/perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan dan merubah paradigma berpikir bagi peserta didik (Mahasiswa) ke arah yang lebih baik sehingga bermuncullah tokoh nasional dan pemuda yang lebih progresif. Namun, pendidikan saat ini telah bergeser jauh dari cita-cita awalnya yaitu proses memanusiakan manusia tetapi dijadikan sebagai proses komersialisasi pendidikan.

Proses komersialisasi pendidkan atau pendidikan telah menjadi komoditi, proses ini telah terjadi di kampus Akademi Ilmu Komputer Ternate yang mana akan menguntungkan pemilik/pengelolah AIKOM dalam hal ini Yayasan, direktorat, dan akademik sehingga tidak heran AIKOM lebih mengutamakan modal (finansial) dari pada kualitas pendidikan.

Selain itu, AIKOM Ternate yang merupakan salah satu perguruan tinggi yang bertujuan untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas, profesonal dan produktif bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan Maluku Utara pada khususnya. Namun, secara faktual telah bergeser jauh dari tujuannya yang sebenarnya, hal ini dibuktikan ketika output (wisudawan/i) yang dihasilkan AIKOM Ternate sebagian besar mempunyai keterampilan, kualitas dan profesionalisme khususnya di basic keilmuannya sangat minim dan patut dipertanyakan.

Berbagai macam permasalahan yang terjadi di AIKOM saat ini seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan dan sistem kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Misalnya : 1. Tidak transparansinya dana kampus (kenaikan uang semester, beasiswa dll) 2. Struktur kelembagaan kampus yang tidak jelas/konsisten dan dosen tetap kebanyakan suda menjadi PNS sehingga berdampak negative pada kualitas kampus. 3. Lembaga / organisasi-organisasi kemahasiswaan yang tidak aktif dan tidak pernah diperhatikan oleh pudir III selaku penanggung jawab 4. Fasilitas kampus yang tidak memadai (ruangan belajar mengajar, laboratorium dll) 5. Kurangnya tenaga pengajar dan dosesn yang tidak professional.

Masalah-masalah diatas sangat jelas merupakan penghalang bagi masyarakat (mahasiswa) untuk menjadi cerdas, berkualitas, professional dan berkreativitas. Tanpa disadari mahasiswa AIKOM telah dijadikan budak, ditindas dan membunuh karakter kawan2. Untuk itu, perjuangkanlah terus apa yang menjadi hak kawan2 yang selama ini tdak pernah dipenuhi oleh pihak kampus.
Teruskan baca - KRONOLOGIS AKSI

KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Pendidikan yang awalnya merupakan proses memanusiakan manusia dalam rangka menciptakan tenaga produktif yang bermutu bagi bangsa indoneisa. Selain itu, pendidikan/perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan dan merubah paradigma berpikir bagi peserta didik (Mahasiswa) ke arah yang lebih baik sehingga bermuncullah tokoh nasional dan pemuda yang lebih progresif. Namun, pendidikan saat ini telah bergeser jauh dari cita-cita awalnya yaitu proses memanusiakan manusia tetapi dijadikan sebagai proses komersialisasi pendidikan.

Proses komersialisasi pendidkan atau pendidikan telah menjadi komoditi, proses ini telah terjadi di kampus Akademi Ilmu Komputer Ternate yang mana akan menguntungkan pemilik/pengelolah AIKOM dalam hal ini Yayasan, direktorat, dan akademik sehingga tidak heran AIKOM lebih mengutamakan modal (finansial) dari pada kualitas pendidikan.

Selain itu, AIKOM Ternate yang merupakan salah satu perguruan tinggi yang bertujuan untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas, profesonal dan produktif bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan Maluku Utara pada khususnya. Namun, secara faktual telah bergeser jauh dari tujuannya yang sebenarnya, hal ini dibuktikan ketika output (wisudawan/i) yang dihasilkan AIKOM Ternate sebagian besar mempunyai keterampilan, kualitas dan profesionalisme khususnya di basic keilmuannya sangat minim dan patut dipertanyakan.

Berbagai macam permasalahan yang terjadi di AIKOM saat ini seperti yang dijelaskan di atas, hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan dan sistem kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Misalnya : 1. Tidak transparansinya dana kampus (kenaikan uang semester, beasiswa dll) 2. Struktur kelembagaan kampus yang tidak jelas/konsisten dan dosen tetap kebanyakan suda menjadi PNS sehingga berdampak negative pada kualitas kampus. 3. Lembaga / organisasi-organisasi kemahasiswaan yang tidak aktif dan tidak pernah diperhatikan oleh pudir III selaku penanggung jawab 4. Fasilitas kampus yang tidak memadai (ruangan belajar mengajar, laboratorium dll) 5. Kurangnya tenaga pengajar dan dosesn yang tidak professional.

Masalah-masalah diatas sangat jelas merupakan penghalang bagi masyarakat (mahasiswa) untuk menjadi cerdas, berkualitas, professional dan berkreativitas. Tanpa disadari mahasiswa AIKOM telah dijadikan budak, ditindas dan membunuh karakter kawan2. Untuk itu, perjuangkanlah terus apa yang menjadi hak kawan2 yang selama ini tdak pernah dipenuhi oleh pihak kampus.
Teruskan baca - KRISIS KUALITAS PENDIDIKAN DAN MATINYA RUANG DEMOKRASI DI KAMPUS AIKOM TERNATE

Selasa, 11 Agustus 2009

Venezuela Menaikkan Gaji Guru Sebanyak 30%

14 Mei 2009, Oleh: James Suggett – Venezuelanalysis.com

Pemerintah Venezuela menetapkan kenaikan gaji sebesar 30% dan menambahkan berbagai tunjangan untuk kurang lebih setengah juta guru sekolah aktif dan pensiunan pada hari Selasa, sebagai sebuah hasil dari penandatanganan kontrak kesepakatan bersama dengan persatuan guru Jumat lalu.

Mengutip menteri pendidikan Hector Navarro, Guru-guru publik Venezuela saat ini berpenghasilan lebih dari 700% dari pada penghasilan yang pernah mereka dapatkan sepuluh tahun yang lalu, saat presiden Chavez pertama kali terpilih.

Dalam sebuah acara bersama Chavez pada hari Selasa, sekretaris jenderal Persatuan Guru Nasional SINAFUM, Luis Matos, mengatakan kenaikan gaji melebihi penyesuaian normal terhadap inflasi.

Guru pemula tanpa gelar sarjana sekarang akan mendapatkan dua kali upah minimum, dan guru berpengalaman dengan gelar sarjana akan memperoleh tiga setengah kali upah minimum, kata Matos. Dalam arti sebenarnya, hal ini berarti guru pemula akan memperoleh 1,720 bolivars ($800) per bulan, dan guru-guru publik dengan tingkat lebih tinggi akan mendapatkan lebih dari 3,000 bolivars ($1,400) per bulan.

Konrak bersama menjamin biaya transportasi dan perawatan kesehatan untuk guru yang aktif, memberikan biaya kesehatan untuk guru-guru pensiunan, dan menjamin bonus pra natal dan paska natal.

Selain itu, pemerintah akan memberikan bonus kepada guru-guru yang memperoleh status senior, menjalani pelatihan ketrampilan khusus, mengajar di daerah terpencil dan daerah pedesaan, dan mengajar di penjara. Koordinator dan direktur program pendidikan juga akan menerima bonus sebanyak 20%.

Selain menaikkan gaji guru, pemerintah juga menaikkan upah minimum sebanyak 10% bulan lalu, sementara itu tindakan cermat dijalankan yaitu memotong anggaran termasuk pembiayaan executive dan bonus-bonus di institusi pemerintah yang lain, sebagai sebuah hasil dari penurunan ekonomi.

Saat acara pada hari Selasa, Matos dan pemimpin persatuan yang lain mengatakan sebagian rencana kedepan untuk meningkatkan pendidikan publik dengan mempersiapkan dewan sekolah yang baru di komunitas-komunitas local, melalui komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi murid dapat mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi sekolah-sekolah public di daerahnya.

Guru-guru juga harus menjadi pendidik diluar ruang kelas, kata Matos "Kami mendukung ide tentang pasukan sukarelawan pendidik dengan tujuan untuk mendidik rakyat kami, kelas pekerja, dan komunitas umum," ungkapnya.

Anggota persatuan Marta Rodriguez menyatakan eprlunya untuk memulai lagi reformasi kurikulum nasional. "Sangat penting untuk memiliki pintu yang terbuka untuk mengawali proses diskusi tentang kurikulum, inilah yang akan kita lakukan, untuk menghasilkan sebuah praktek pendidikan yang baru," ungkapnya.

Pada tahun 2008, sebuah draft kurikulum nasional baru telah disirkulasikan diantara guru-guru untuk didiskusikan di workshop daerah-daerah seluruh negeri , tetapi proyek ini telah tertunda karena pemilihan regional dan lokal mendekati bulan November.
Teruskan baca - Venezuela Menaikkan Gaji Guru Sebanyak 30%

Chavez: Pabrik-pabrik harus menjadi “sekolah”


Dalam pertemuan yang bertema “transformasi sosialis” pada tanggal 21 Mei 2009 yang berlangsung di komplek industri CVG Ferrominera, Puerto Ordaz, Kota Guayana, Venezuela, Chavez mengumumkan beberapa pabrik yang baru saja dinasionalisasi, yaitu lima pabrik besi dan baja yang terdiri dari Pabrik besi dan baja Orinoco, Venezolana de Prerreducidos of Caroní (VENPRECAR), Materiales Siderúrgicos (MATESI), Complejo Siderúrgico de Guayana (COMSIGUA), Tubos de Acero de Venezuela (TAVSA) dan Pabrik Keramik Caraobo. Kelima pabrik besi dan baja serta satu pabrik keramik yang dinasionalisasi itu merupakan bagian dari langkah Chavez untuk membangun sosialisme Venezuela yang berbasiskan kekuatan massa rakyat pekerja. Chavez juga menjelaskan persetujuan perundingan secara kolektif dari CVG Ferrominera dan berencana untuk membuat komplek pabrik industri besi baja dimana pabrik-pabrik yang tergabung dalam komplek itu harus berada dibawah kontrol buruh. “Mari kita mulai proses nasionalisasi untuk membangun komplek industrial ini”, kata Chavez.

Pertemuan itu dihadiri sekitar 400 buruh, 200 orang diantaranya berasal dari buruh sektor industri alumunium dan 200 orang lainnya berasal dari sektor industri besi dan baja. Chavez, sebagai presiden Venezuela, dalam pertemuan itu ia didampingi oleh beberapa menterinya yaitu Jorge Giordani, Rodolfo Sanz, Rafael Ramírez, dan Alí Rodríguez Araque serta Gubernur Guayana, Francisco Rangel Gómez.

Untuk seluruh massa rakyat di Venezuela, khususnya mereka yang hadir dalam pertemuan itu, Chavez menegaskan bahwa perlunya menggiatkan pendidikan politik bagi buruh, ia mengatakan saat ini “setiap pabrik harus menjadi sekolah, seperti yang dikatakan Che, bahwa untuk membangun tidak hanya membutuhkan briket, besi, baja dan alumunium, namun juga, diatas semuanya, pemuda dan pemudi baru, sebuah masyarakat baru, sebuah masyarakat sosialis”. Chavez juga menegaskan kembali idenya untuk membuat sekolah-sekolah politik, seperti sekolah poltik yang ada di CVG Alcasa, dimana pengelolaannya berada di bawah kontrol pekerja dan diketuai oleh Carloz Lanz. “Saya pikir akan sangat bermanfaat jika segera dibuka Sekolah bagi buruh di Guayana, sebuah Sekolah pendidikan politik bagi buruh; dengan itu maka kita dapat memulai untuk menganalisa berbagai macam persoalan, baik mengenai sosialisme dan dunia, politik, budaya, masyarakat dan ekonomi”. Dengan sekolah-sekolah politik itu diharapkan kesadaran buruh akan meningkat. Sehingga buruh tidak hanya sekedar tahu tentang sosialisme, tapi juga paham, dan mengerti bagaimana mewujudkannya. Karena proyek besar pembangunan transisional menuju sosialisme yang terjadi di Venezuela membutuhkan partisipasi dengan penuh kesadaran massa rakyat pekerja.

Bagi Chavez, Guayana merupakan salah satu kota penting dalam membangun sosialisme di Venezuela , di kota ini program-program sosialisme sedang dijalankan. Dan diharapkan Guayana dapat menjadi kota percontohan bagi kota-kota lainnya di Venezuela bahkan di seluruh dunia. Dengan penuh optimis Chavez mengatakan “Saya yakin bahwa Guayana dan pergerakan di Guayana…akan menjadi platform sosialisme yang besar, dalam membangun sosialisme, kelas pekerja menjadi garda terdepan, kelas pekerja sebagai pelaku utama. Dan Guayana, akan menjadi – disinilah saya melihat – sebuah sekolah Sosialis”.

Chavez juga mengatakan bahwa pembangunan dan perencanaan proses Revolusi Venezuela ini membutuhkan partisipasi sadar dari kelas pekerja. Pidato yang dia berikan merupakan satu langkah maju, tetapi ini harus dipenuhi dan dijalankan melalui aksi-aksi konkrit oleh pekerja sendiri. Kita telah melihat berkali-kali bagaimana rencana-rencana yang telah dipaparkan oleh Chavez terkubur dan diabaikan oleh birokrasi-birokrasi pemerintah yang notabene masih merupakan warisan dari pemerintahan korup yang lama sebelum Chavez. Untuk berangkat dari pidato ke aksi, kelas pekerja Guayana dan segenap kelas pekerja Venezuela harus mengambil tanggung jawab ini.

Kelas pekerja harus mengambil sebuah langkah tegas dan aksi yang konkrit. Komite-komite pabrik harus dipilih secara demokratis dan dapat dipanggil kembali (recall) setiap saat supaya kontrol buruh yang sejati dapat terbentuk. Manajemen dan pembukuan perusahaan harus dikontrol oleh pekerja sendiri supaya surplus-surplus produksi tidak lari ke kantong para birokrat. Kelas pekerja Venezuela harus memiliki manejemen kolektif di dalam setiap divisi dan departemen industri, yang mengontrol semua aspek produksi, termasuk pemasaran dan penjualan, guna membentuk kontrol buruh yang efektif.

Menjelang akhir acara pertemuan itu Chavez menegaskan kembali bahwa revolusi Bolivarian yang sedang dijalankan di Venezuela ini memainkan peran yang sangat besar bagi perkembangan massa rakyat pekerja di seluruh dunia. Seluruh kelas pekerja dunia saat ini melihat dan berharap bahwa proses revolusi sosialisme yang berlangsung di Venezuela dapat mewujudkan terbentuknya Negara buruh sejati. Dengan penuh suka cita di akhir kalimat penutupnya Chavez berucap “Hidup kelas pekerja! Hidup kebebasan di Guayana! Hidup buruh! Hidup Negara sosialis! Patria, Socialismo o Muerte! Venceremos!” (kprm-prd.blogspot.com)
Teruskan baca - Chavez: Pabrik-pabrik harus menjadi “sekolah”